Rabu, 06 Januari 2010

Asal muasal Alkaf

Marga Al-Kaff

Published by Muhammad Syafii on April 15, 2008 under Fam / Marga Para Habaib, Habib

Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Kaf” adalah Walliyullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar Al-Djufri.
So’al gelar yang disandangnya ada 2 versi penyebabnya.

Versi pertama mengatakan bahwa terjadi pertengkaran antara waliyullah Ahmad bin Muhammad dengan seorang yang mengaku dirinya seorang jagoan yang mempunyai kekuatan yang luar biasa, tetapi bisa ditaklukan oleh waliyullah Ahmad bin Muhammad. Dengan kekuatannya tadi maka Beliau oleh masyarakat setempat dijuluki “AlKaf” seperti diketahui kekuatan seseorang itu dalam bahasa Hadramaut disebut “Kaf”.

Versi kedua mengatakan bahwa adanya suatu perkara perkelahian waliyullah Ahmad bin Muhammad dengan seseorang dan dimajukan di Pengadilan, Hakim meminta supaya kedua belah fihak mengisi formulir dengan tanpa menyebutkan namanya masing-masing tetapi diperintahkan untuk menyebutkan sebuah kode. Salah satu huruf abjad Arab dalam huruf tadi, maka waliyullah Ahmad bin Muhammad menulis huruf abjad “Kaf”. Setelah hakim menanyakan siapa yang menulis huruf “Kaf” maka waliyullah menjawab : ’saya yang menulisnya’. Sejak itu Beliau dijuluki masyarakat setempat dengan “AlKaf”

Waliyullah Ahmad bin Muhammad Al-Kaf dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 2 orang anak lelaki yang menurunkan keturunannya, masing-masing bernama Abubakar dan Muhammad.
Waliyullah Ahmad Al-Kaf pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 911 Hijriyyah.

Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan para Sholihin. Amin !.

Wallahualam

sumber http://blog.its.ac.id/syafii/category/habib/page/14/

untuk marga yang lain seperti Al-Aydrus,As-Seggaf dan yang lainya silahkan kunjungi Blognya lansung di http://blog.its.ac.id/syafii/category/habib/page/14/ atau klik di sini

Nasehat Al-Habib ‘Umar bin Muhammad bin Hafidz

Diantara Nasihat dan kalam beliau

Janganlah kalian menyia-nyiakan persahabatan dengan orang-orang mulia, yaitu
orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi [di sisi Allah], orang-orang yang cahayanya berkilauan.

Demi Allah, memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian, bagaimana sifat kerugian tersebut jika pemimpin mereka (Rasulullah) bersabda, “Celakalah orang yang pada hari kiamat tidak melihatku.”

Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum sholihin tak akan bisa melihat beliau saw. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang beliau saw.
Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan beliau saw. Karena kaum sholihin adalah bagian dari beliau saw, pewarisnya, para khalifahnya, pemegang sir-nya.

Merekalah pemegang sir setelah nabi.
Merekalah pewaris, semulia-mulia pewarisnya.

Mereka itu seperti Sayyidina Abdullah Al-Haddad yang telah disifatkan oleh Sayidina Ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam qashidahnya :

“Karena dia sejuklah mata hati Nabi Muhammad.
Bagi beliau ia adalah sebaik-baik keturunannya,
panutan para pengikut, ka’bah orang yang meniti jalan,
dan kebanggaan penduduk desanya.
Nasihat-nasihatnya menebarkan pengetahuan.
Menghinakan si sesat dan si pembuat kerusakan.
Kasih sayangnya meliputi semua umat.
Darinya mereka mengambil manfaat
dengan sebaik-baik pengambilan manfaat.”

“Dialah cucu yang bersambung nasabnya dengan
orang-orang mulia yang kemuliaan mereka
dikenal para pejuang dan pemberani.
Dialah penyalur asrar dan ilmu mereka
kepada keluarga dan anak keturunannya.
Maka semua yang bersuluk setelahnya
bersinar dengan cahaya beliau yang benderang.”

Cahaya ini tak akan padam. Mengapa? Sebab Allah-lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya! Tak ada sebab lain.

Siapakah yang mampu memadamkan cahaya yang telah
dinyalakan oleh Allah SWT? Demi Allah, cahaya itu tak akan padam!

Tetapi, betapa menyedihkan, di antara kita terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu, yaitu orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan mereka. Mereka masuk ke dalam kelompok lain. Habib Ali berkata:

“Siapa tak menempuh jalan leluhurnya
pasti akan bingung dan sesat.
Wahai anak-cucu nabi, tempuhlah jalan mereka.
tapak demi tapak
dan jauhilah segala bid’ah.”

Siapakah yang lebih mengenal Allah dibanding kaum arifin? Dibanding para imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasul SAW dibanding mereka?

Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraaan dan kasih sayang di antara kalian. Bersiaplah menolong jalan mereka.
Demi Allah, jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar, bukan di negara kalian saja, namun di seluruh penjuru dunia, timur maupun barat, Arab maupun Ajam, Amerika, Eropa maupun Rusia.

Di sana bendera keluarga Sayyidina Habib Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir akan berkibar, bendera ahli thoriqoh ini. Mereka memiliki para penolong yang berkedudukan tinggi. Namun mereka yang tidur, nyenyak dalam tidurnya; yang duduk berpangku tangan, terus duduk saja. Cukup sudah orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah dengan sidq. Amatilah, apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan di rumah kalian.

Bagaimana kalian ini?! Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka,
namun di rumah kalian tiap hari yang terdengar hanya berita mengenai orang-orang kafir, orang-orang fasik dan para bintang film?! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!

Namun saat ini sinetron, wanita-wanita fasik dan kafirlah yang mendidik anak-anak kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasik di TV sehingga mereka tak kenal lagi Fatimah Zahra, bagaimana beliau, bagaimana pakaiannya, bagaimana kezuhudannya, bagaimana ibadahnya. Mereka tidak lagi mengenal putri-putri nabi: Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu istri-istri nabi: Khodijah binti Khuwailid, Aisyah As-Shiddiqah, dll.

Kalian meniru orang-orang durhaka padahal kalian muslim, mukmin, memiliki kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan. Kalian mengganti teladan yang telah diridhoi Allah untuk kalian:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik. (QS Al-Ahzab, 33:21)

Apakah kalian berniat mengganti Rasulullah dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian?

Wahai saudaraku, dalam buku catatan amal tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas, siapakah yang akan menghapusnya? Bertobatlah kepada Allah.

Dan Dia-lah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. (QS Asy-Syuura, 42:25)

sumber http://alawiy.wordpress.com/kalam/nasehat-al-habib-umar-bin-muhammad-bin-hafidz/

Perbuatan (kehendak) Allah adalah baik pada Hakikatnya

Segala sesuatu yang terjadi di alam jagad raya ini adalah kehendak Allah, baik atau buruk ,dan setiap kehendak Allah semuanya adalah baik. .( InsyaAllah Seperti yang al fakir tangkap dari pekataan Guru Jamaludin)
Kaget, Marah, Mencari kambing hitam itu yang ada di benak al fakir saat terjadi musibah, kegagalan atau Sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan. Seolah – olah al fakir yang punya kuasa, yang berkehendak dan menentukan, puih…. , Ampuni hamba ya Allah, Hamba sering lupa bahwa segala sesuatu adalah sesuai dengan kehendak engkau baik atau buruk, dan setiap kehendak engkau, yang baik atau yang buruk adalah baik pada hakikatnya, Ya Allah jadikan hamba orang yang tau akan diri hamba sendiri. Amin.

Pandai-pandai bersyukur

Hidup susah itu dikarenakan terlalu memaksakan diri dan berkehendak, tidak mensyukuri apa yang ada terlalu memaksakan diri untuk bisa memiliki sesuatu yang belum tentu cocok buat kita. Biarlah Allah yang mengatur semuanya, biarlah kehendak Allah yang menjalankan semuanya, karena memang itu yang berlaku di dunia ini, kita hanya menjalankan syariat saja, bekerja, mencari uang, berobat, berdoa dan lain sebagainya .( InsyaAllah Seperti yang a l fakir tangkap dari pekataan Sayid Agus Sadli Al Kaf)

Sabar akan berbuah namun tak harus di panen

Bersabar akan semua cobaan dan ujian dari Allah ta’ala,Allah akan memberikan ribuan kebaikan dari sifat sabar tersebut namun jangan menuntut ribuan kebaikan tersebut karena dengan tetap mempertahankan sifat sabar itu lebih mulia ketimbang menuntut balasan dari perbuatan sabar yang telah di lakukan .( InsyaAllah Seperti yang a l fakir tangkap dari pekataan Sayid Agus Sadli Al Kaf dari pembahasan kitab karangan Syech Abdul Qodir Al Jaelani)

Al Fakir menyimpulkan : Sabar , satu kata sejuta aksi, begitu mudah di ucapkan sangat susah di lakukan, Allah banyak menjanjikan faedah dari sifat sabar, pujian dan kebanggaan Allah kepada orang – orang yang sabar begitu mulia. Al fakir merasa telah berbuat sabar atas semua cobaan dan ujian dari Allah Ta’ala, berharap dengan melaksanakan sabar Allah akan memberikan banyak kenikmatan, namun setelah sekian lama bersabar Al Fakir tak kunjung jua mendapat kenikmatan hingga terbesit kata-kata di hati “Ya Allah hamba sudah banyak bersabar, tapi kenapa hidup hamba tetep aja susah ya..” Jawabnya ternyata sifat sabar yang Al Fakir jalankan selama ini belum sempurna, karena Al Fakir belum bersifat sabar terhadap faedah dari sifat sabar yang tak kunjung jua datang.

Kenikmatan itu liar dan syukur adalah tali kekangnya

Kenikmatan dan kebahagian yang kita dapat di dunia ini di ibaratkan seperti kuda yang liar sifat bersyukur adalah tali kekangnya , makin kuat kita memegang dan mengendalikan tali kekangnya, maka keliaran kuda dapat di kendalikan, sebaliknya jika kita tidak bisa memeggang tali kekangnya maka kuda itu akan liar jadinya.( InsyaAllah Seperti yang a l fakir tangkap dari pekataan Sayid Agus Sadli Al Kaf dari pembahasan kitab karangan Syech Abdul Qodir Al Jaelani)

Al Fakir menyimpulkan : Harta yang banyak bisa menjadi kenikmatan, dan kenikmatan itu sangat liar, jika kita lupa bersyukur kepada Allah harta itu bisa membawa mudharat bagi al fakir, mungkin dengan banyak harta al fakir dapat dengan mudah tergoda oleh, kenikmatan nafsu duniawi karena merasa semua bisa di beli dan menganggap harta yang di dapat sepenuhnya karena usaha kita sendiri dan bila hal itu terjadi berarti al fakir tidak mampu mengendalikan keliaranya, al fakir tidak mampu memegang erat tali kekang, tapi jika bersyukur kepada Allah, dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa itu semua pemberian Allah ta’aala maka insya Allah harta itu akan digunakan kepada hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepadanya yang akan membawa kebaikan dunia dan akhirat bagi al fakir. menandakan dengan ijin ALLAH al fakir mampu mengendalikan keliaran tersebut. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita semua dapat mengendalikan tali kekang keliaran kuda kenikmatan duniawi.

Prasangka Baik

Duhai… alangkah indahnya husnuzhzhon (prasangka baik). Dengan prasangka baik kita bisa menangkap asrôr (rahasia-rahasia) makhluk tanpa mereka sadari. Namun kini ikatan (rowâbith) telah lepas, dan kita hanya memandang basyariah (sisi lahiriah) saja. Jika seseorang melihat orang lain melakukan maksiat, ia lalu berprasangka buruk kepadanya. Serahkanlah urusan makhluk kepada Kholiq (Allah), jika mau Dia akan menyiksanya; jika mau Dia akan mengampuninya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik, bagi siapa pun yang Dia kehendaki.”
(QS An-Nisa, 4:48)

Bisa jadi dia termasuk orang yang diampuni Allah sesuai kehendak-Nya. Syeikh Ibn Arabi berkata, “Andaikata aku melihat seseorang bermaksiat
kepada Allah, kemudian dia menghilang sejenak dari pandanganku, aku akan meyakini bahwa ia seorang wali Allah. Sebab, mungkin ia telah bertobat, dan
Allah kemudian menerima tobatnya dan memilihnya.”

Tidak ada seorang pun dapat mencegah Allah membuka pintu pengampunan. Allah selalu membuka pintu pengampunan lebar-lebar untuk manusia. Seseorang boleh jadi kafir, tapi sesaat kemudian telah jadi wali. Berprasangka baiklah kepada manusia. Jika kau ingin meneliti, maka telitilah dirimu sendiri. Curigailah dirimu sendiri, meskipun ia sedang
berbuat ketaatan.

Waspadailah tipu muslihat
yang ditimbulkan rasa lapar dan kenyang
Boleh jadi perut yang lapar
lebih buruk dari yang kenyang.

Pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.
Ya Allah, tunjukkanlah aku kepada sebaik-baik akhlak, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkkan kepada sebaik-baik akhlak selain Engkau. Dan singkirkan dariku akhlak yang tercela, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menyingkirkannya dariku selain Engkau.

Dikatakan bahwa tasawuf adalah akhlak. Barang siapa mengunggulimu dalam akhlak, maka ia telah mengunggulimu dalam tasawuf. Ibrahim bin Adham
berkata, “Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan sepanjang hidupku seperti dalam dua kejadian ini:

Pertama, sewaktu aku menumpang perahu dan seluruh penumpang menjadikanku sebagai bahan olok-olok mereka. Dalam pandangan mereka aku sangat hina.
Aku lalu mengucapkan Alhamdulillâh.

Kedua, ketika aku sedang berbaring, tiba-tiba datang seekor anjing mengencingiku.”

Kita diterpa kemerosotan akhlak, dan penyebabnya adalah nafs yang sangat kuat. Semoga Allah mensucikan nafs kita. Sungguh beruntung orang yang mensucikan (jiwa)-nya dan sungguh merugi orang
yang mengotorinya.(QS Asy-Samsy, 91:9-10)

Para ulama tidak menuliskan contoh-contoh akhlak mulia, kecuali untuk diamalkan. Perangilah nafs-mu sekuat tenaga agar dapat berperilaku dengan
akhlak As-Sayidul Ma’shûm (Nabi saw). Kita butuh obat, karena penyakit telah terlalu banyak.

Wahai Penyembuh, sembuhkanlah. Wahai Yang memperbaiki, perbaikilah. (L:315)

sumber http://noviantopr.wordpress.com/2008/11/22/prasangka-baik/